Untukmu Mujahidah: Wanita Dalam Dakwah (Oleh : Muhammad Jibril Abdul Rahman)
Mulai dari awal, sejarah mencatat bahwa wanita memainkan peranan penting dalam tersebarnya kebenaran mendasar dari dakwah Islam. Dari pengorbanan Sumayyah r.a. yang diceritakan dalam hadits-hadits dari Aisyah r.a., wanitalah yang menolong kemajuan dan penyebaran agama Islam. Allah swt. juga meninggikan status dari dai dan memuji mereka dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:
“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang menyeru kepada Allah?” (QS. Fushilat ( 41) : 33).
Dakwah kepada agama Allah swt. adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim dalam segala usia dan dalam waktu yang kita punyai, dakwah ini adalah penting dalam memberantas kejahatan-kejahatan serangan musuh-musuh Allah swt. yang sedang bertarung (dengan kita), dengan cara menggerakkan kembali pentingnya dakwah di hati kaum muslimin. Allah swt. tidak membatasi dakwah hanya kepada laki-laki saja tetapi menunjuk kepada seluruh umat Muhammad saw. ketika Allah swt. berfirman:
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. An-Nahl (16) : 125).
Oleh karena itu wanita justru sama seperti laki-laki (dalam hal dakwah) yang seharusnya juga menyeru kepada (agama) Allah swt. dan memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah keburukan dengan jalan dan tata cara yang telah ditunjuk oleh syara. Pada masa Rasulullah Muhammad saw., wanita mengambil peranannya sebagai da’iyah yang serius. Diriwayatkan oleh Abu Sa’id r.a. bahwa wanita pernah mendatangi Rasulullah saw. dan mengatakan,
” Kaum laki-laki telah membuat Anda sibuk dan kita tidak memperoleh perhatian yang cukup dari Anda, sudikah Anda mengkhususkan sebuah hari untuk kita?” Beliau saw. kemudian menjanjikan kepada mereka sebuah hari khusus untuk pertemuan dengan mereka dan mengajar mereka. (HR.Al-Bukhari)
Lebih lanjut Rasulullah saw. menegur orang-orang dengan mengatakan,”
Siapakah yang hadir di sini yang telah menyampaikan apa yang dia dengar kepada orang lain dan siapakah yang tidak hadir?” (HR. Bukhari)
Ini mengindikasikan bahwa sebaiknya melakukan pengajaran terhadap wanita (karena wanita tidak ikut dalam majelis tersebut), beliau memerintahkan kepada mereka untuk menyebarkan apa yang dia dengar.
Kita perhatikan fakta bahwa sejarah yang nyata telah memberikan kesaksian atas adanya para wanita yang memainkan peranan yang besar dalam menyampaikan Dinul Islam. Sumayyah r.a. memberikan hidupnya ketika Abu Jahal membunuhnya karena ia memeluk Islam. Dia adalah muslim pertama dari wanita yang syahid demi untuk agamanya. Khodijah r.a., istri pertama Muhammad saw. yang sangat kaya, telah membelanjakan seluruh uangnya untuk mendukung dakwah. Ummu Salamah r.a. rela meninggalkan suaminya dan melihat anak-anaknya dianiaya ketika dia hijrah. Ummu Imarah r.a. berperang mempertahankan Rasulullah saw. dalam perang Uhud.
Seseorang harus memahami penekanan akan kewajiban ini dan berbuat sebagaimana Rasulullah telah mencontohkannya bahwa Rasulullah saw. memerintahkan untuk menyampaikan Islam dan tidak tinggal diam serta pasif, sebagaimana Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam “Al-Kitab”, mereka itu dilaknati Allah…” (QS. Al Baqarah( 2) : 159).
Wallahu’alam bis showab!
- POJ -